Banyak penyakit yang muncul belakangan ini bukan disebabkan oleh salah makan tetapi oleh salah pikir.
Psikosomatis ialah kondisi di mana sejumlah konflik psikis atau psikologis dan kecemasan menjadi sebab dari timbulnya macam-macam penyakit jasmaniah atau justru membuat semakin parahnya suatu penyakit jasmaniah yang sudah ada.
Terdapat kaitan antara tubuh dengan jiwa. Contohnya, kemunculan emosi-emosi tertentu bisa disebabkan oleh faktor mental, namun juga oleh faktor jasmaniah. Maka jelas ada interdepensi atau saling ketergantungan antara proses mental dengan fungsi somatis/fisis. Konflik-konflik batin dan kecemasan-kecemasan hebat yang terus menerus bisa menjadi sebab dari timbulnya macam-macam penyakit soma. Dalam hal ini, ada kegagalan pada sistem syaraf dan sistem fisik untuk memperingan atau menyerap kecemasan dan konflik psikis tadi. Lalu muncul psychosomatic disorder atau gangguan/kekacauan psikosomatik. Dengan kata-kata lain: kondisi jiwa menentukan timbulnya penyakit soma/ badan. Sebagai contoh, oleh rasa ketakutan yang hebat, detak jantung menjadi sangat cepat dan ada kelelahan yang ekstrem dari reaksi asthenis. Percepatan detak jantung dan reaksi asthenis itu, kedua-duanya adalah betul-betul gejala fisiologis atau jasmaniah yang disebabkan oleh konflik-konflik emosional yang sifatnya psikologis. Reaksi somatis ini bisa mengenai segenap fungsi dan sistem-sistem organis penting dari badan manusia. Misalnya mengenai: lambung perut, alat pencernaan, sistem peredaran darah, alat pernapasan, sistem kelenjar, alat kelamin, sistem persendian, kulit, limpa, jantung, ginjal dan lain-lain.
“Psikosomatis adalah gangguan psikis yang menyebabkan timbulnya gangguan fisik,” kata dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, dari Departemen Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Seringkali emosi-emosi negatif seperti stres, cemas, kecewa, atau perasaan bersalah, menjadi penyebab terjadinya gangguan psikis ini.
Para penderita psikosomatis biasanya merasa yakin bahwa gangguan-gangguan yang dialaminya merupakan gejala penyakit tertentu. Dan, saat hasil konsultasi atau pemeriksaan dengan dokter tak sesuai dengan apa yang mereka pikirkan, kekecewaan yang mereka rasakan akan bertambah. Mereka juga cenderung akan merasa tidak puas dengan hal tersebut. Ketidakpuasan inilah yang akhirnya membuat mereka berinisiatif untuk berganti-ganti dokter, atau yang dikenal dengan sebutan doctor shopping.
“Psikosomatis biasanya ditandai dengan keluhan-keluhan di sistem organ yang dipengaruhi sistem saraf otonom”, kata dr. Andri, Sp.KJ., psikiater bidang psikosomatik dari Klinik Psikosomatik RS. Omni Alam Sutera, Tangerang. Yang paling sering dikeluhkan adalah jantung berdebar, keluhan lambung, sesak napas, atau perasaan tidak nyaman saat bernapas, nyeri otot, dan kesemutan. Bahkan, pada pria, sering tercetus keluhan seperti keringat dingin di kaki dan tangan.
Sebenarnya, Anda tidak sakit secara fisik dan organ-organ yang Anda keluhkan itu tidak mengalami kerusakan apa pun. Namun, terjadinya ketidakseimbangan hipotalamus di otak menyebabkan ketidakseimbangan neurotransmitter monoamine (serotonin, dopamin, nonadrenalin). Padahal, neurotransmiter berperan dalam fungsi persepsi, emosional, dan tidur Anda. Akibat terjadinya ketidakseimbangan, maka derajat depresi, cemas, dan gangguan emosional lainnya pun meningkat. Itulah sebabnya Anda mulai mengeluhkan keluhan-keluhan yang sebetulnya tidak ada.
Siapa saja yang berisiko terserang psikosomatis? “Pria dan wanita berusia 20-40 tahun,” kata dr. Andri. Psikosomatis dapat bermula di awal usia 20 tahun, “Namun, jumlah pasien terbesar adalah pria berusia 30-40 tahun.”
Sumber:
– id.m.wikipedia.org
– menshealth.co.id.